Kajian Drama: Analisis Struktur Naskah Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Sastra adalah suatu seni yang hidup bersama-sama dengan Bahasa. Tanpa bahasa sastra tidak mungkin ada. Melalui bahasa ia dapat mewujudkan dirinya berupa sastra lisan, maupun tertulis. Walaupun perwujudan sastra menggunakan bahasa, kita tidak dapat memisahkan sastra dari bahasa, ataupun membuangnya dari peradaban bahasa itu sendiri, karena itu merupakan suatu perbuatan yang sangat biadab, Karena sastra adalah sebuah “hidup” bagi seorang penulis.

Dilihat dari bentuknya, sastra terdiri atas 4 bentuk, yaitu (1) Prosa, bentuk sastra yang diuraikan menggunakan bahasa bebas dan panjang tidak terikat oleh aturan-aturan seperti dalam puisi. (2) Puisi, bentuk sastra yang diuraikan dengan menggunakan habasa yang singkat dan padat serta indah. Untuk puisi lama, selalu terikat oleh kaidah atau aturan tertentu (3) Prosa liris, bentuk sastra yang disajikan seperti bentuk puisi namun menggunakan bahasa yang bebas terurai seperti pada prosa. (4)Drama, yaitu bentuk sastra yang dilukiskan dengan menggunakan bahasa yang bebas dan panjang, serta disajikan menggunakan dialog atau monolog. Drama ada dua pengertian, yaitu drama dalam bentuk naskah dan drama yang dipentaskan.

Naskah lakon atau drama sebagai salah satu jenis pengucapan kesusastraan, selain memiliki elemen-elemen yang sama dengan roman pada umumnya yakni alur, tema dan penokohan. Naskah lakon dibedakan dengan bentuk-bentuk lainnya terutama dalam hal pemenuhan tuntutan kebutuhan penyajian kembali di atas pentas. Dalam hal ini, pelaku dituntut untuk memerankan perwatakan tokoh-tokohnya serta melaksanakan dialog-dialognya demi mendukung kelancaran cerita.

Dengan demikian, drama atau naskah lakon sebagai sastra adalah cerita yang unik. Ia hadir bukan untuk dibaca saja, melainkan dipertunjukkan sebagai tontonan. Drama belum mencapai ‘kesempurnaan-nya’ apabila belum sampai pada tahap pementasan teater sebagai bentuk perwujudannya. Untuk itu pemakaian gaya bahasa naskah lakon merupakan sesuatu hal yang ‘unik’ dan telah diperhitungkan baik oleh sang pengarang, sutradara, maupun para pemain yang terlibat proses pementasan. Selain sebagai sarana untuk membangun atmosfir dan suasana baik pembaca maupun penonton, bahasa juga digunakan sebagai media untuk menyampaikan ide atau gagasan dasar pengarang sehingga drama hadir tidak dalam kondisi yang ‘kosong’.

Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin sangat menarik untuk diangkat sebagai kajian, karena berceritakan tentang keadaan sekitar kita. seseorang yang lahir dan dibesarkan dikota dengan keharusan dia harus menetap di desa terpencil menjadi seorang guru muda. Desa yang jauh, angker, tidak bersahabat: panas dan debu melecut tubuh. Ia kering kerontang, gersang.

Penulisan yang dilakukan oleh Karya Max Arifin menggunakan gaya bahasa yang ringan, bahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Hal inilah yang membawa penulis mengkaji Drama Badai sepanjang malam dengan pendekatan stuktural.

1.2 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam suatu kajian sangatlah penting hal ini dimaksudkan agar permasalahan yang akan di kaji lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan yang terlampau jauh dari permasalahan semula.

Berdasarkan latar belakang yang demikian luas dan umum, penulis akhirnya membatasi permasalahan hanya dalam bidang Struktural dalam drama Badai Sepanjang Malam karya Max Arifin.

1.3 Perumusan masalah

Berdasarkan urayan latar belakang di atas, penulis akan merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan pengkajian sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan drama?

b. Bagaimana stuktur atau unsur-unsur intrinsik drama Badai Sepanjang Malam tersebut?

1.4 Tujuan dan Manfaat Kajian

Adapun tujuan penulisan makalah ini selain untuk memenuhi tugas mata kuliah kajian Prosa, adalah:

a) Mendeskripsikan Struktur drama Badai Sepanjang Malam.

b) Mendeskripsikan metode struktur drama.

c) Memaparkan satu contoh mengkaji Prosa secara struktural.

LANDASAN TEORETIS

2.1 Drama

2.1.1 Pengertian Drama

Drama adalah sebuah genre sastra penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan di antara tokoh-tokoh yang ada. Selain itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam petunjuk pemanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang dilakukan oleh tokoh (Wahyudi, 2006: 95). Oleh karena itu, berbeda dengan prosa dan puisi, drama diciptakan tidak hanya untuk dibaca, melainkan juga untuk dipentaskan.

Aristoteles mendeskripsikan bahwa drama adalah tiruan atas lakuan (the imitation of an act). Hal ini dapat diartikan juga bahwa drama adalah sebuah tiruan dari kehidupan manusia yang kemudian dilakonkan dalam sebuah drama. Dinamika kehidupan manusia yang mencakup berbagai persoalan dalam kehidupan sehari-hari ditirukan dalam drama. Dengan demikian, jika kita menonton drama, kita dapat merasakan perasaan takut, tegang, senang, dan kasihan berdasarkan cerita yang dipentaskan (Sarumpaet, 1999:2-3).

2.1.2 Jenis-jenis Drama

Pada umumnya drama di bagi menjadi enam bagian. Dibawah ini akan dibahas ke enam drama tersebut.

2.1.2.1 Tragedi

Yaitu drama yang mengisahkan kehidupan sehari-hari yang mengandung cerita tentang kemalangan dan kesedihan.

2.1.2.2 Komedi

Yaitu drama yang mengutarakan kehidupan sehari-hari dengan pelbagai peristiwa lucu yang menyebapkan penonton tertawa.

2.1.2.3 Tragedi-komedi

Yaitu drama yang mengisahkan kehidupan sehari-hari yang mengandung cerita kesedihan dan unsur-unsur lucu.

2.1.2.4 Opera

Yaitu drama yang mengemukakan cerita yang digabungkan dengan musik.

2.1.2.5 Pantonim

Yaitu lakonan yang dipersembahkan melalui gerak badan dan mimik muka untuk menyatakan aksi dan perasaan watak.

2.1.2.6 Bangsawan

Pada jenis drama ini, para pelakon membentuk dan mengubah sendiri dialog-dialog yang ingin disampaikan.

2.1.3 Struktur Drama

unsur-unsur pokok atau struktur drama (atau sering juga disebut sebagai unsur intrinsik) antara lain;

2.1.3.1 Tema

Setiap drama selalu mengandung unsur pokok pembicaraan yang dikemukakan oleh pengarang, walaupun letaknya tersembunyi, dan pembaca harus mencarinya sendiri. Esten (1978 : 22) mengemukakan bahwa tema adalah sesuatu yang menjadi pemikiran, sesuatu yang menjadi persoalan bagi pengarang. Selanjutnya Sukada (1987 : 70) mengatakan, bahwa tema adalah ide pokok, ide sentral yang dominan dalam karya sastra.

2.1.3.2 Dialog

Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, dialog adalah percakapan di dalam karya sastra antara dua tokoh atau lebih yang biasanya mencerminkan pertukaran pikiran atau pendapat.

2.1.3.3 Peristiwa

Menurut kamus istilah sastra yang diterbitkan oleh balai pustaka, Peristiwa atau kejadian merupakan unsur alur yang merupakan kejadian yang penting. Atau kisaran pendek yang berhubungan dengan suatu situasi. Jika peristiwa dirangkai secara berkaitan, ia menjadi episode dalam alur.

2.1.3.4 Latar atau seting

Yang dimaksud latar atau seting adalah tempat atau masa terjadinya cerita. Sebuah cerita harus jelas dimana berlangsungnya suatu kejadian dan kapan (Sumardjo : 1984), sedangkan menurut Zakaria (1981 : 23) mengatakan bahwa latar merupakan tempat terjadinya peristiwa atau tempat berlakunya peristiwa.

2.1.3.5 Penokohan atau Perwatakan

Penokohan dalam suatu cerita drama merupakan suatu hasil kreatif pengarang secara imajinatif dalam melukiskan watak dan pribadi para tokoh melalui sikap, cakapan serta perbuatannya. Penokohan yang baik yaitu penokohan yang berhasil mengembangkan tokoh-tokoh dan mengembangkan watak dari tokoh-tokoh tersebut yang mewakili tipe-tipe manusia yang dikehendaki tema dan amanat (esten : 27)

Untuk mengenal dan memahami para watak tokohyang ada di dalam sebuah cerita , kita dapat meneliti: (1) apa yang dilakukan, (2) apa yang dikatakannya, (3) apa sikapnya dalam menghadapi persoalan, (4) bagaimana penilaian tokoh lain atas dirinya (Sumardjo, 1984 : 67).

2.1.3.6 Alur atau Plot

Alur atau plot adalah jalan cerita yang merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan sehingga terjalin suatu cerita. Seperti dikemukakan oleh Rusyana (1978 : 67), yang dimaksud alur atau jalannya cerita adalah rangkaian cerita yang di bentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita.

2.1.3.7 Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan pengarang akan menentukan kenikmatan dalam membca karya sastra, karena gaya bahasa yang digunakan dalam cerita merupakan susunan rangkayian atau perkataan kalimat yang timbul atau terjadi dari perasaan yang tumbuh atau hidup dalam hati penulis.

Menurut selamet dan simanjuntak (sekada, 1987 : 84), mengatakan bahwa gaya bahasa merupakan susunan perkataan yang terjadi karena perasaan yang tumbuh atau yang hidup dalam hati penulis, dan yang sengaja ataupun tidak sengaja menimbulkan suatu perasaan tertentu dalam hati pembaca.

METODE KAJIAN

3.1 Metode Kajian

Adapun metode yang dilakukan penulis yaitu dengan menggunakan metode Deskriptif. Penulis akan mendeskripsikan data untuk menemukan unsur-unsurnya. Studi untuk menyusun makalah ini berupa pencarian referensi dari beberapa buku yang dapat dijadikan acuan untuk menggali informasi yang aktual dan tetap berpegang pada prinsip representatif. Selain berbagai buku apresiasi dan kajian Drama, penulis juga menggunakan media Maya untuk mencari data yang relevan dengan pembuatan makalah.

3.2 Sumber Data

Objek yang diteliti adalah Naskah Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin. naskah ini pernah dimuat dalam buku Kumpulan Drama Remaja, editor A.Rumadi. Penerbit PT Gramedia Jakarta, 1988, halaman 25-33.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan studi pustaka, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh bahan penunjang yang berhubungan dengan permasalahan.

3.4 Teknik Pengolahan Data

Dalam pengolahan data, penulis menggunakan pendekatan Struktural untuk menganalisis data, sesuai dengan judul makalah ini.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1 Struktural

Drama (karya sastra) merupakan sebuah struktur. Struktur di sini dalam arti bahwa karya sastra itu merupakan susunan unsur-unsur yang bersistem, yang antara unsur-unsurnya terjadi hubungan yang timbal balik, saling menentukan. Jadi, kesatuan unsur-unsur dalam sastra bukan hanya berupa kumpulan atau tumpukan hal-hal atau benda-benda yang berdiri sendiri-sendiri, melainkan hal-hal itu saling terikat, saling berkaitan, dan saling bergantung.

Dalam pengertian struktur ini terlihat adanya rangkaian kesatuan yang meliputi tiga ide dasar, yaitu ide kesatuan, ide transfomasi, dan ide pengaturan diri sendiri.

Pertama, struktur itu merupakan keseluruhan yang bulat, yaitu bagian-bagian yang membentuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu.

Kedua, struktur itu berisi gagasan transformasi dalam arti bahwa struktur itu tidak statis.

Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri, dalam arti struktur itu tidak memerlukan pertolongan dari luar dirinya untuk mensahkan prosedur transformasi. Jadi, setiap unsur itu mempunyai fungsi tertentu berdasarkan aturan dalam struktur itu. Setiap unsur mempunyai fungsi tertentu berdasarkan letaknya dalam struktur itu.

Strukturalisme itu pada dasarnya merupakan cara berfikir tentang dunia yang terutama berhubungan dengan tanggapan dan deskripsi struktur-srukturnya. Menurut pikiran strukturalisme, dunia (karya sastra merupakan dunia yang diciptakan pengarang) lebih merupakan susunan-susunan hubungan daripada susunan benda-benda. Oleh karena itu, kodrat tiap unsur dalam struktur itu tidak mempunyai makna dengan sendirinya, melainkan maknanya ditentukan oleh hubungannya dengan semua unsur lainnya yang terkandung dalam struktur itu. (Hawkes, 1978:17-18).

Menurut Nyoman Kutha Ratna, unsur-unsur pokok yang terkandung di dalam Drama antara lain:

4.1.1 Tema

Tema sebuah drama merupakan permasalahan yang mendasari sebuah cerita. Pokok permasalahan itu mungkin berupa kehidupan, pandangan hidup atau komentar tentang lingkungan. Tema berkedudukan sangatlah penting karena merupakan titik sentral yang melatar belakangi suatu cerita atau peristiwa.

Drama Badai sepanjang malam merupakan sebuah cerita tentang komentar terhadap lingkungan. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut:

Saenah: [Membaca] “Sudah setahun aku bertugas di Klaulan. Suatu tempat yang terpacak tegak seperti karang di tengah lautan, sejak desa ini tertera dalam peta bumi. Dari jauh dia angker, tidak bersahabat: panas dan debu melecut tubuh. Ia kering kerontang, gersang. Apakah aku akan menjadi bagian dari alam yang tidak bersahabat ini?

4.1.2 Dialog

Dialog yang dibangun dalam drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin ini merupakan dialog yang selalu bergantian, atau dialog yang teratur antara dua tokoh utama.

4.1.3 Peristiwa atau Kejadian

Seseorang yang lahir dan dibesarkan dikota dengan keharusan dia harus menetap di desa terpencil menjadi seorang guru muda. Desa yang jauh, angker, tidak bersahabat: panas dan debu melecut tubuh. Ia kering kerontang, gersang, namun dengan semangatnya juga dorongan istrinya mereka bisa tetap bertahan.

4.1.4 Latar atau seting

Latar dalam suatu cerita drama merupakan gambaran tentang tempat, suasana, dan waktu terjadinya suatu peristiwa secara umum. Adapun latar dalam drama Badai Sepanjang Malam dapat penulis uraikan di bawah ini.

4.1.4.1 Latar Tempat

Adapun latar tempat yang terdapat dalam Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin yaitu Ruangan depan sebuah rumah desa pada malam hari. Di dinding ada lampu minyak menyala. Ada sebuah meja tulis tua. Diatasnya ada beberapa buku besar. Kursi tamu dari rotan sudah agak tua. Dekat dinding ada balai balai. Sebuah radio transistor juga nampak di atas meja.

4.1.4.2 Latar Suasana

Adapun latar suasana yang terdapat dalam Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin yaitu Suasana pada setiap dialog yang ada pada drama tersebut menunjukkan suasana penyesalan yang mengekang.

4.1.4.3 Latar Waktu

Adapun latar waktu yang terdapat dalam Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin yaitu larut malam. hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut:

Saenah: Kau belum tidur juga? kukira sudah larut malam. Beristirahatlah, besok kan hari kerja?

Jamil: Sebentar, Saenah.Seluruh tubuhku memang sudah lelah, tapi pikiranku masih saja mengambang ke sana kemari.Biasa, kan aku begini malam malam.

4.1.5 Penokohan atau Perwatakan

Drama Badai Sepanjang Malam karya Max Arifin mempunyai tiga tokoh. Tapi satu tokoh yaitu Kepala Desa, hanya ada pada flashback saja. dibawah ini akan di uraikan tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan penokohan atau perwatakkannya.

(1) Jamil, seorang guru SD di Klaulan, Lombok Selatan, berumur 24 tahun. Dia seorang yang memiliki pendirian dan idialis sejati. Seperti pada kutipan berikut.

Saenah: [Keras]Tidak! Mesti ada sesuatu yang hilang antara kau dengan masyarakatmu. Selama ini kau membanggakan dirimu sebagai seorang idealis. Idealis sejati, malah. Apalah arti kata itu bila kau sendiri tidak bisa dan tidak mampu bergaul akrab dengan masyarakatmu. [Pause]

(2) Saenah, istri Jamil berusia 23 tahun, seorang istri yang kuat yang mau mengikuti suaminya kemanapun dan dalam keadaan apapun. seperti pada kutipan berikut.

Saenah: Aku akan tetap bersamamu.Yakinlah. [Jamil menuntun istrinya ke kamar tidur.Musik melengking keras lalu pelan pelan,sendu dan akhirnya berhenti].

(3) Kepala Desa,suara pada flashback,

4.1.6 Alur atau Plot

Alur merupakan susunan peristiwa yang terpilih dan diatur oleh pengarang secarara logis dalam hubungan sebap akibat, sehingga memebentuk suatu cerita yang utuh.

Alur yang terdapat dalam drama Badai Sepanjang malam karya Max Arifin yaitu alur sorot balik atau flashback. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan berikut:

Saenah: Aku tidak berpikir sampai ke sana. Pikiranku sederhana saja. kau masih ingat tentunya, ketika kita pertama kali tiba di sini, ya setahun yang lalu. Tekadmu untuk berdiri di depan kelas, mengajar generasi muda itu agar menjadi pandai. Idealismemu menyala nyala. Waktu itu kita disambut oleh Kepala Desa dengan pidato selamat datangnya. [S aenah lari masuk. Jamil terkejut.tetapi sekejap mata Saenah muncul sambil membawa tape recorder!] Ini putarlah tape ini. Kaurekam peristiwa itu. [Saenah memutar tape itu, kemudian terdengarlah suara Kepala Desa]’…Kami ucapkan selamat datang kepada Saudara Jamil dan istri. Inilah tempat kami. Kami harap saudara betah menjadi guru di sini. Untuk tempat saudara berlindung dari panas dan angin, kami telah menyediakan pondok yang barangkali tidak terlalu baik bagi saudara. Dan apabila Anda memandang bangunan SD yang cuma tiga kelas itu. Dindingnya telah robek, daun pintunya telah copot, lemari lemari sudah reyot, lonceng sekolah bekas pacul tua yang telah tak terpakai lagi. Semunya, semuanya menjadi tantangan bagi kita bersama. Selain itu,kami perkenalkan dua orang guru lainnya yang sudah lima tahun bekerja di sini.Yang ini adalah Saudara Sahli, sedang yang berkaca mata itu adalah Saudara Hasan. Kedatangan Saudara ini akan memperkuat tekad kami untuk membina generasi muda di sini. Harapan seperti ini menjadi harapan Saudara Sahli dan Saudara Hasan tentunya. ”[Saenah mematikan tape. Pause, agak lama. Jamil menunduk, sedang Saenah memandang pada Jamil. Pelan pelan Jamil mengangkat mukanya. Mereka berpandangan]

4.1.7 Gaya Bahasa

Peranan bahasa merupakan hal sangat penting dalam mengungkapkan isi hati, pikiran, dan perasaan seseorang khususnya pengarang. Pengungkapan hal tersebut akan lebih baik apabila penggunaan bahasa itu ditafsirkan dengan gaya bahasa, yang akan menimbulkan serta memberikan keindahan, kenikmatan, dan perasaan tertentu bagi pembaca.

Gaya bahasa yang digunakan oleh Max Arifin dalam drama Badai Sepanjang Malam adalah gaya bahasa sehari-hari. di bawah ini akan dibahas beberapa gaya bahasa yang disajikan oleh pengarang.

Klimaks, dimana pengarang melukiskan sesuatu yang mempunyai pola struktur menaik. Hal ini dapat kita lihat pada kutipan berikut: Suara jangkerik. suara burung malam. gonggongan anjing di kejauhan. Suara Adzan subuh.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis dan kajian terhadap drama Badai Sepanjang Malam karya Max Arifin pada bab 4, maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1) Aspek unsur stuktur atau intrinsik drama Badai Sepanjang Malam karya Max Arifin yang meliputi tema, dialog, peristiwa atau kejadian, latar atau seting, penokohan atau perwatakan, alur atau plot serta gaya bahasa tergambar dengan jelas dan utuh.

2) Gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam drama tersebut adalah gaya bahasa sehari-hari. Namun pengarang menuliskannya secara penuh tanpa kata-kata yang seharusnya tidak perlu.

DAFTAR RUJUKAN

Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru.

Ratna, nyoman kutha, 2004. Teori, Metode, dan teknik Penelitian Sastra, yogyakarta: Pustaka pelajar.

Santoso, Puji, 1993, ancangan semiotika dan pengkajian susastra, Bandung: Angkasa

http://sastradewa.blogspot.com/2008/03/pengertian-fungsi-dan-ragam-sastra.html

Penulis: Ferdinaen Saragih

Related Posts:

3 Responses to "Kajian Drama: Analisis Struktur Naskah Drama Badai Sepanjang Malam Karya Max Arifin"

  1. wah tulisan lengkap tentang sastra nih..makasih ya dah sharing.

    ReplyDelete
  2. mz....
    bisa dijelaskan lebih lengkap lg g tentang naskah badai sepanjang malam?
    cz aq butuh buat bahan kuliah...
    d tunggu d free_man.libra@rocketmail.com

    ReplyDelete
  3. masih terlalu dangkal, lebih dari itu banyak aspek yg mesti digali lagi. contoh: mengapa pengarang menggunakan gaya bahasa tersebut, mengapa pengarang membuat plot itu? :)

    ReplyDelete